Senin, 18 April 2011

for father

From ad Dakwah (for  Father)
‘’Ayah adalah sosok yang kuat, tegas, berwibawa dan berani. Itulah yang digambarkan seorang anak manakala ia ditanya mengenai sosok ayahnya…Cinta ayah kepada anak bagaikan bara dalam api. Tidak tampak, namun tidak pernah padam. Selalu memberi kehangatan. Bahkan akan berusaha membara kembali dengan semakin bertambahnya sekam’’ 
Untaian kata di atas merupakan secuplik yang saya tangkap dari sebuah majalah (ad Dakwah edisi 9 volume 1 tahun 2011).
Sungguh rasanya, benar-benar saya adalah sosok yang merindukan seorang ayah yang terdeskripsikan dalam uraian di atas. Mungkin bagi sebagaian anak merasakan, hal semacam itu adalah biasa bagi mereka, karena memang kedekatan hubungan keduanya. Namun sejenak. Dengarkanlah isi hati ini. Seandainya ada yang mau dan bersedia mendengarkan curahan ini, mungkin bisa menjadi tempat berbagi untuk saya.
Dan dalam perjalanan hidup saya ini, saya benar mendambakan kehadiran ayah yang care ke saya. Terkadang saya merenung dengan keadaan saya (saya takut seandainya saya dianggap tidak mensyukuri nikamatNya), saya mencoba merunut waktu saat ini menuju hari di saat (detik-detik) masa kecil saya. Tak sanggup pula saya menahan deru air mata ini, akhirnya di saat waktu tenang saya, terkadang saya meneteskan air mata.
Dari share saya di atas maka kesimpulan yang dapat saya ambil bukanlah saya membenci ayah saya melainkan saya ini merindukan ayah yang care terhadap malaikat kecilnya.
Wallahi a’lam bi shawab
Kelas FisTer (12/4)
13.XX WIB
Kesempatan Ada di Mana-mana (Dari Magelang)
Dimana ada gula maka di situlah semut berada. Berbisnis dan kesempatan sebenarnya ada di mana saja, seperti kisah pengalaman saya berikut.
Beberapa hari yang lalu saya naik bus Jogja-Semarang, naik dari terminal Soekarno-Hatta dengan tujuan Jogja. Dikarenakan di daerah Muntilan, jembatan putus (akibat derasnya arus kali yang berasal dari gunung Merapi), maka dengan terpaksa bus yang saya tumpangi tidak bisa menyebrang melalui salah satu jembatan yang masih tersisa.
Normalnya, dari kejadian ini kita harus turun sebelum jembatan yang putus, selanjutnya perjalanan dengan berjalan kaki menyebrangi jembatan (kurang lebih 15 menit), sebelum akhirnya kita naik bus lagi di seberang jembatan. Sebagai gambaran saja, normalnya pula kita juga harus menunggu sampai beberapa penumpang mengisi tempat duduk yang ada sebelum akhirnya bus berangkat menuju Jogja.
Namun satu hal yang menarik di sini adalah yang akan saya share di bawah ini :
AA XXXX XX, itulah sebuah mobil plat hitam yang mengantarkan saya sampai Jogja. Bagaimana bisa? Ya di sinilah penekanan pada tulisan saya kali ini. Kesempatan ada setiap waktu, tak terkecuali pada kejadian putusnya jembatan ini. Ya seorang bapak (berdasarkan pengakuan bapak, dia adalah eks kernet bus jurusan Jogja-Semarang) telah memulai usaha angkutan penumpang ini sejak putusnya jembatan di daerah Magelang tersebut. Tarif yang dipatok si bapak pun sama dengan tarif bus pada umumnya. Kemarin yang saya naiki, mobil bapak ini berisikan 9 oarang, tidak termasuk bapak sebagai sopirnya.

Harapan saya, semoga pembangunan jembatan ini bisa lekas selesai, sehingga semuanya bisa lancar seperti sedia kala. amiin.



Dalam lelah, setelah perjalan balik ke Jogja (11/4)

Senin, 04 April 2011

Peringatan Tsunami dalam Hitungan Menit

Siesmolog berhasil mengembangkan sistem peringatan dini tsunami yang bisa memberi peringatan hanya beberapa menit setelah terjadi gempa.

Sistem bernama RTerg yang dikembangkan oleh para peneliti di Georgia Institute of Technology itu diharapkan bisa mengurangi korban dengan memberi waktu lebih lama bagi warga untuk mengungsi ke tempat yang aman.

RTerg menganalisis kedalaman serta kekuatan gempa dan beberapa parameter lain untuk memprediksi tsunami. Menurut peneliti, gempa yang berpotensi tsunami punya karakteristik yang unik dan jarang terjadi. "Kita tidak bisa serta-merta memprediksi tsunami hanya dengan kekuatan gempa," kata Andrew Newman, profesor dari School of  Earth and Atmospheric Sciences.

Gempa berpotensi tsunami memiliki zona subduksi--tempat terjadinya pergeseran lempengan Bumi--dengan pergerakan lempeng yang lebih rendah dibandingkan gempa tak berpotensi tsunami. Kecepatannya mencapai 1 hingga 1,5 kilometer per detik di area yang dekat dengan daerah dasar laut yang dekat dengan air. Kombinasi itu membuat air terangkat sekitar 10 hingga 20 meter di daerah pantai. Tsunami di Mentawai beberapa waktu lalu memiliki tinggi 12 meter.

Biasanya, pergeseran lempeng Bumi itu berkecepatan hingga 3 kilometer per detik pada jarak 20 hingga 50 kilometer di bawah permukaan Bumi. Karena kedalaman itu, air di permukaan tidak mengalami kenaikan berarti. Ketika pergeseran seperti ini terjadi di bawah laut dan mengakibatkan gempa sekuat 7,8 Skala Richter, air di permukaan hanya naik sekitar 20 sentimeter.

Sistem RTerg akan mendapat informasi mengenai lokasi, kedalaman, serta kekuatan gempa. Setelah  itu, RTerg akan menganalisis pergerakan tiap detik untuk menentukan peningkatan energi untuk memprediksi tsunami.

RTerg berhasil memprediksi tsunami di Mentawai sekitar 8,5 menit setelah gempa pertama terjadi dan mengirim peringatan segera setelah itu. "Tibanya air di daerah pantai biasanya terjadi 30 hingga 40 menit setelah gempa. Analis punya waktu 20 hingga 30 menit untuk menyampaikan informasi," jelas Newman. 

Ketika sistem peringatan sudah lebih baik, sistem ini akan sangat berguna, apalagi dengan adanya analis yang selalu siap sedia mempelajari hasil yang diberikan RTerg.